Berkumpul untuk membicarakan tentang Tuhan merupakan salah satu amalan yang sangat mulia dalam Islam. Hal ini karena pertemuan tersebut bukan sekadar interaksi sosial, melainkan sarana untuk meningkatkan iman, memperkuat ketakwaan, dan menumbuhkan rasa cinta kepada Allah. Dengan berkumpul, hati manusia akan saling mengingatkan dan terikat dalam ikatan ukhuwah yang dibangun atas dasar iman. Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, mereka diliputi rahmat, para malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim).
Ayat Al-Qur’an juga menegaskan pentingnya mengingat Allah secara bersama-sama. Allah berfirman dalam QS. Al-Mujādilah [58]:11, “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.” Ayat ini menunjukkan bahwa majelis yang diisi dengan zikrullah dan pembahasan tentang keimanan merupakan bagian dari kebaikan yang harus dijaga. Dengan majelis ilmu dan dzikir, seorang hamba bukan hanya memperbaiki dirinya, tetapi juga menebarkan cahaya kebaikan kepada lingkungannya.
Kebersamaan dalam membicarakan tentang Tuhan juga menghadirkan kekuatan spiritual yang sulit dicapai jika hanya dilakukan secara individual. Hati manusia mudah lalai jika sendirian, namun ketika berada dalam lingkaran orang-orang saleh, semangat untuk beribadah dan mengingat Allah akan semakin kuat. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah ﷺ: “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling menguatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan demikian, berkumpul membicarakan Allah adalah bentuk nyata dari tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Selain itu, berkumpul membicarakan tentang Tuhan menjadi sarana pendidikan ruhani yang berkesinambungan. Di dalamnya, umat Islam dapat saling bertukar ilmu, memperbaiki pemahaman agama, serta mengingatkan satu sama lain dari kelalaian. Rasulullah ﷺ pernah bersabda dalam sebuah hadis qudsi, “Allah berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersama dia ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam suatu kelompok, maka Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik daripada mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari berbagai dalil tersebut, jelaslah bahwa berkumpul membicarakan tentang Tuhan bukan sekadar aktivitas ritual, melainkan kebutuhan ruhani yang memberikan dampak luas: ketenangan hati, turunnya rahmat Allah, serta meningkatnya persaudaraan antar sesama mukmin. Oleh karena itu, menjaga dan menghadiri majelis yang diisi dengan pembahasan tentang Allah adalah tanda kecintaan kepada iman. Semakin sering manusia melibatkan dirinya dalam pertemuan semacam ini, semakin besar pula peluangnya untuk mendapatkan keberkahan hidup di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.
by. Tim MIR
0 Komentar